RumahSunat.com – Pernahkah Anda mendengar cerita dari orang tua atau kakek-nenek tentang proses sunat di masa lalu? Sunat zaman dulu dilakukan dengan cara yang jauh berbeda dari metode medis modern yang kita kenal sekarang.
Tidak ada ruang tindakan steril, tidak ada bius lokal, bahkan tidak ada alat khusus dari logam antikarat yang ada hanyalah keberanian, kepercayaan pada tradisi, dan alat-alat sederhana dari lingkungan sekitar.
Di berbagai daerah, sunat menjadi momen penting yang menandai peralihan dari anak-anak menuju remaja. Proses ini sering dilakukan secara tradisional, bahkan menjadi bagian dari perayaan budaya yang diwariskan turun-temurun. Meski penuh makna, cara sunat zaman dulu juga menyimpan berbagai risiko, terutama dari sisi medis.
Melalui pembahasan ini, kita akan menelusuri bagaimana praktik sunat dilakukan di masa lampau, serta perbandingannya dengan prosedur modern yang kini lebih aman dan nyaman.
Mari Simak Penjelasanya!
Metode dan Alat Sunat Tradisional
Sebelum dunia medis berkembang pesat, sunat dilakukan dengan alat seadanya yang tersedia di lingkungan masyarakat. Beberapa alat yang umum digunakan antara lain pisau dapur, bambu yang diruncingkan, hingga pecahan kaca.
Alat-alat ini biasanya diasah terlebih dahulu agar tajam, lalu dibersihkan dengan air panas atau alkohol, meski tidak sepenuhnya steril menurut standar medis modern.
Prosesnya pun dilakukan secara manual oleh orang yang dianggap ahli di kampung, seperti dukun sunat atau tetua adat. Mereka dipercaya karena pengalaman, bukan karena latar belakang pendidikan medis.
Anak biasanya diminta duduk diam, ditemani kerabat atau tokoh masyarakat, lalu proses sunat dilakukan dengan cepat, meski tanpa bius. Rasa sakit dianggap sebagai bagian dari ujian kedewasaan.
Baca Juga: Cara Luka Sunat Cepat Kering โ Tips & Trik Supaya Anak Senang!
Perbandingan Cara Sunat Zaman Dulu dan Sekarang
Perkembangan dunia medis membawa perubahan besar dalam dunia khitan. Cara sunat zaman dulu dan sekarang punya perbedaan signifikan, baik dari segi teknik, kenyamanan, hingga keamanan.
Berikut merupakan perbedaan cara sunat zaman dulu dengan cara sunat di zaman sekarang, diantaranya adalah
1. Tempat Pelaksanaan
- Zaman Dulu:
Dulu, sunat sering dilakukan di rumah pasien, di ruangan seadanya, atau bahkan di luar ruangan seperti di halaman rumah atau balai desa. Tempatnya minim alat medis, hanya beralaskan tikar atau kasur sederhana, tanpa perlindungan kebersihan maksimal. - Sekarang:
Saat ini, proses sunat dilakukan di klinik modern atau rumah sunat khusus yang bersih, steril, dan nyaman. Misalnya, di Rumah Sunat Semarang, anak disambut di ruang seperti rumah bermain, mengurangi kecemasan sejak awal datang.
2. Tenaga Pelaksana
- Zaman Dulu:
Yang melakukan sunat biasanya dukun sunat atau orang tua yang sudah berpengalaman, meski tanpa latar belakang medis. Pengetahuan mereka hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun. - Sekarang:
Prosedur sunat kini ditangani oleh dokter profesional dan paramedis bersertifikat. Mereka mengerti anatomi, prosedur steril, dan penanganan darurat medis, sehingga lebih aman dan sesuai standar kesehatan.
3. Metode dan Alat yang Digunakan
- Zaman Dulu:
Alat yang digunakan sangat sederhana, seperti pisau tajam, silet, atau bahkan bambu yang diasah. Tak jarang tanpa alat pengaman atau disinfeksi. Risiko infeksi sangat tinggi. - Sekarang:
Alat modern seperti sunat laser, klem, atau stapler digunakan. Sunat laser misalnya, bukan menggunakan sinar, tetapi alat elektrokauter yang memotong dan langsung menutup pembuluh darah, sehingga minim pendarahan.
4. Penggunaan Bius dan Tingkat Nyeri
- Zaman Dulu:
Bius lokal jarang digunakan. Anak menahan sakit selama proses sunat berlangsung. Ini bisa menimbulkan trauma jangka panjang. - Sekarang:
Sunat dilakukan dengan bius lokal yang aman. Bahkan di Rumah Sunat Semarang digunakan metode hypnosunat, yakni membawa anak ke suasana bawah sadar sesuai hobinya, agar lebih rileks dan tidak fokus pada rasa sakit.
5. Masa Pemulihan dan Risiko Infeksi
- Zaman Dulu:
Karena alat yang digunakan tidak steril dan teknik yang minim medis, proses penyembuhan bisa memakan waktu lama, bahkan berminggu-minggu. Luka rentan infeksi dan menyebabkan komplikasi. - Sekarang:
Sunat modern biasanya sembuh dalam 7โ10 hari. Dengan teknik dan alat yang higienis, luka lebih cepat kering dan minim infeksi. Penggunaan salep antiseptik dan panduan perawatan juga memudahkan pemulihan.
Tradisi dan Ritual yang Mengiringi Sunat Zaman Dulu
Sunat di masa lalu bukan hanya tindakan medis atau kebersihan, tapi juga sebuah ritual budaya yang sakral. Banyak masyarakat menganggap sunat sebagai simbol bahwa seorang anak laki-laki telah memasuki fase kedewasaan.
Oleh karena itu, prosesnya sering dilengkapi dengan upacara adat, iringan musik tradisional, dan bahkan pesta sederhana.
Di Jawa misalnya, prosesi sunat sering diawali dengan acara siraman, yaitu memandikan anak dengan air bunga oleh orang tua atau tokoh adat. Setelah sunat dilakukan, keluarga mengadakan syukuran yang dihadiri tetangga dan kerabat. Anak yang telah disunat biasanya mengenakan pakaian khusus dan duduk di tempat kehormatan.
Di beberapa daerah lain, sunat dilakukan secara massal dalam momen tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan. Prosesi ini menjadi ajang mempererat hubungan antarwarga dan menjadi bagian penting dari warisan budaya lokal.
Baca Juga: Tata Cara Sunat Anak โ Panduan Lengkap untuk Orang Tua!
Pelajaran dari Cara Sunat Zaman Dulu
Meskipun cara sunat zaman dulu memiliki banyak keterbatasan dari sisi medis, tidak sedikit nilai-nilai penting yang bisa kita pelajari dari praktik tersebut. Tradisi khitan tidak hanya dimaknai sebagai tindakan medis, tetapi juga sebagai bagian dari budaya, spiritualitas, dan peralihan menuju kedewasaan seorang anak laki-laki.
-
Kebersamaan Sosial – Sunat dulu jadi momen gotong royongโmasak bersama, saling bantu, dan memperkuat ikatan warga.
-
Latihan Mental Anak – Anak diajarkan berani dan tabah, meski proses tanpa bius sering menimbulkan rasa sakit.
-
Kesederhanaan dalam Proses – Semua dilakukan secara mandiri, dengan alat sederhana dan tenaga nonmedis, mencerminkan kemandirian.
-
Makna Spiritual dan Tradisi – Sunat jadi simbol kedewasaan dan pelaksanaan ajaran agama dalam bingkai budaya lokal.
-
Kesadaran akan Kesehatan – Meskipun dulu terbatas, praktik ini menanamkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan alat vital.
Risiko Sunat Zaman Dulu yang Perlu Diketahui
Meskipun sunat zaman dulu memiliki nilai historis dan budaya yang kuat, metode ini juga menyimpan sejumlah risiko. Salah satunya adalah minimnya standar kebersihan. Banyak sunat dilakukan tanpa alat steril, sehingga risiko infeksi cukup tinggi.
Belum lagi, tidak adanya bius yang memadai membuat anak mengalami rasa sakit berlebihan bahkan trauma psikologis.
Selain itu, proses penyembuhan cenderung lebih lama karena luka tidak ditangani secara medis. Beberapa kasus juga menunjukkan adanya pemotongan berlebih atau salah teknik, yang bisa berpengaruh pada fungsi organ kelamin di masa depan.
Inilah alasan mengapa banyak orang tua kini lebih memilih metode modern yang lebih aman, cepat, dan nyaman untuk anak mereka.
Percayakan Sunat Anak Anda pada Ahlinya
Mengenang cara sunat zaman dulu memberi kita pelajaran berharga tentang budaya dan keberanian. Namun, untuk kesehatan dan kenyamanan buah hati, pilihlah metode sunat modern yang sudah terbukti aman dan efektif. Beligas.id hadir sebagai sumber informasi terpercaya seputar kesehatan anak, termasuk panduan lengkap sunat modern.
Dapatkan info terpercaya dan konsultasi seputar sunat dengan tenaga medis profesional. Jangan ragu untuk memilih yang terbaik bagi anak Anda demi proses yang nyaman dan cepat sembuh.
๐ Kunjungi kami di Jl. Tlogosari Raya 1 No. 65, Semarang
๐ Hubungi kami untuk konsultasi: 081.6699.761 / 081.6699.149
๐ Info lengkap:ย sunatsemarang.com